Jumat, 21 Desember 2012

Mengajari Anak Kecerdasaan Emosional



Sebagai orang tua, kita semua ingin anak-anak kita berhasil baik di akademik dan emosional dalam hidup mereka. Sering kali orang tua dan guru menjadi begitu terfokus pada bidang akademik dan mereka mengabaikan kecerdasaan emosional. Daniel Goleman adalah seorang penulis terkenal, dia menulis sebuah buku berjudul  Emotional Intelligence: Why it Can Matter More than IQ. Dalam bukunya Goleman menuliskan apa arti dari kecerdasaan emosional dan bagaimana kita bisa mengajarkan anak-anak kita kecerdasan emosional sejak dini dalam kehidupan mereka. Dia juga menjelaskan mengapa kemampuan anak menangani emosi (EQ) yang baik dapat menjadi indikator yang lebih baik terhadap keberhasilan kecerdasan (IQ).
Artikel ini akan membahas ide-ide tentang bagaimana membantu meningkatkan kecerdasaan emosional anak-anak sehingga mereka dapat meningkatkan kesempatan mereka untuk meraih kehidupan yang lebih baik.  Termasuk kebahagiaan dan kesuksesan dalam setiap aspek kehidupan mulai dari karir ,hubungan pribadi, kesehatan dan kesejahteraan. Kita dapat mengajarkann anak-anak kita bagaimana menjadi lebih cerdas secara emosional.
Kecerdasaan emosional terdiri dari lima karakteristik yaitu pertama kesadaran diri, kedua mengelola perasaan atau pengaturan diri, ketiga motivasi diri, keempat empati dan kelima kemampuan membina hubungan.
Yang pertama, kesadaran diri adalah mengetahui tentang diri sendiri dan mengetahui perasaan orang lain, mengetahui apa yang kita suka dan inginkan, dan menyelarakannya dengan kebutuhan orang lain. Orang yang cerdas tentang hal ini akan membuat keputusan yang lebih baik mengenai suatu keputusan yang mempengaruhi kehidupannya satu kali seumur hidup, misalnya keputusan dengan siapa mereka akan menikah atau pekerjaan apa yang akan mereka pilih. Hal ini membuat anak merasa dihargai, divalidasi, dipahami, meningkatkan harga diri dan penerimaan diri mereka.
Karakteristik kedua adalah mengelola perasaan. Ini melibatkan penanganan emosi seseorang, terutama kemarahan, kecemasan, dan frustrasi. Kedewasaan diri menjadi cara yang baik dan tepat untuk menangani emosi. Menerima perasaan anak-anak (ini tidak berarti menerima perilaku yang tidak pantas) sangat membantu anak-anak untuk belajar bagaimana cara menenangkan diri dan bersantai. Anak-anak perlu belajar bahwa emosi memiliki fungsi dan perlu dikelola secara efektif dan bagaimana cara bangkit kembali dari kegagalan dan masalah. Belajar mengelola perasaan dapat membantu meringankan perasaan stres berat dan meringankan penyakit yang berhubungan dengan stres.
Karakteristik ketiga adalah motivasi diri, hal ini sangat penting untuk keberhasilan hidup. Keberhasilan dalam hidup sulit dicapai tanpa motivasi dan ketekunan terutama ketika menghadapi kegagalan. Kemampuan memotivasi diri melibatkan pengendalian diri, tidak mudah merasa puas, tekun dan mampu mengendalikan impulsif.  Optimisme dan harapan dapat dicontohkan dengan cara  "Anda pasti bisa melakukannya" dan "Aku percaya padamu" adalah pesan penting bagi orangtua dan guru untuk menanamkan pada anak-anak.
Karakteristik keempat adalah empati, kemampuan untuk mengenali emosi orang lain dan menunjukkan kepedulian pada keaadan orang lain. Empati adalah kemampuan untuk merasakan keadaan orang lain baik secara verbal dan nonverbal dan merasakan apa yang sedang mereka rasakan. Kita perlu mendorong anak-anak untuk menempatkan diri pada posisi orang lain untuk mengembangkan moralitas dan altruisme yang membantu tidak hanya dalam hubungan pribadi tetapi dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
Karateristik kelima adalah kemampuan membina hubungan. Ini melibatkan kemampuan bersosialisasi, menambah teman, menjadi pemimpin, belajar untuk berkompromi, memecahkan masalah, dan menyelesaikan konflik. Anak-anak membutuhkan orang dewasa untuk mengajari dan mendorong mereka untuk bersikap tegas, menjadi komunikator yang terampil, kooperatif, membantu dan berbagi. Mereka membutuhkan pembinaan untuk dapat memberikan pujian, meminta maaf ketika salah, menghargai orang lain dan mengembangkan rasa humor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar