Selasa, 26 Maret 2013

Teknik Berkomunikasi Yang Tepat Dengan Anak



Menurut beberapa ahli pendidikan, banyak teknik-teknik berkomunikasi yang pas untuk anak di semua umur. Namun, beberapa teknik lain justru cocok pada anak di rentang usia tertentu. Karena itu, mengenali dan mengeksplorasi teknik-teknik ini dapat membantu orangtua lebih siap menghadapi setiap fase perkembangan anaknya. 

Memperdalam percakapan
Teknik ini dapat diterapkan pada anak usia 6 – 12 tahun. Cara ini dapat membuat anak merasa dekat dengan orangtuanya. Misalnya, jika anak mengatakan, “aku suka Raihan” orangtua dapat meresponnya dengan berkata, “coba, katakan pada Ayah/Ibu hal-hal yang membuat kamu suka Raihan”.

Karena keterbatasan kata-kata dan perkembangan sosialnya, anak mungkin hanya memberikan jawaban berupa satu kata saja terhadap dengan pernyataan orangtuanya. Bila hal ini terjadi, orangtua dapat membantu anak memperdalam percakapan dengan memberikan respon verbal dan non-verbal. Respon verbal dapat berupa pertanyaan balik, sementara respon non-verbal dapat berupa mimik, perhatian atau bahasa tubuh lainnya. Misalnya, bila sebelumnya orangtua sedang membaca koran, maka sebaiknya letak dulu korannya, baru merespon pernyataan anak. Cara ini dapat menyakinkan anak bahwa orangtua mendengarkan dan mengerti perasaan mereka.

Lelucon
Lelucon adalah teknik yang dapat menyelamatkan orangtua dari kemungkinan marah dan dapat diterapkan untuk semua umur. Lelucon dapat membantu orangtua mengeluarkan segala ketegangan sepanjang hari ataupun ketegangan yang dialaminya bersama anak.
Lelucon dapat berwujud banyak bentuk. Salah satu bentuk – bentuk lelucon saat situasi stres adalah menertawakan diri sendiri. 

Berbuat kesalahan dan menertawakannya disaat genting bukan hanya dapat menurunkan suhu ruangan tapi juga mengajarjan anak-anak untuk tidak tegang menghadapi hidup. Dengan menertawakan diri sendiri, orangtua dapat menunjukan pada anak bahwa kepercayaan diri seseorang tidak berlandaskan apa yang dilakukan seseorang, namun pada siapa dirinya.

Orangtua dapat juga memmbuat lelucon ringan terhadap keselahan anak-anak. Lelucon ini harus memiliki cita rasa yang baik dan mempertimbangkan perasaan anak. Misalnya dalam perjalanan ke sekolah orangtua melihat awan gelap menutupi kecerahan langit, maka teknik ini dapat digunakan untuk mengubah suasana hati anak-anak menjadi lebih ceria. Ayah atau Ibu dapat menyanyikan lagu gembira dengan lirik yang lucu atau saling bertukar cerita lucu. Percayalah, anak-anak akan sangat bersemangat menceritakan cerita lucu mereka. 

Menggambarkan
Teknik dapat diterapkan pada anak semua umur. Cara describing digunakan dengan mengambarkan masalah yang dimiliki orangtua, tanpa menyalahkan atau menyerang anak. Untuk mencapai tujuan orangtua harus dapat menerima kenyataan bahwa orangtualah yang memiliki masalah, bukan anak. Misalnya bagi anak, kamar yang berantakan atau rambut yang tidak disisir bukan masalah buat mereka, namun merupakan masalah bagi orangtua.

Orangtua yang demokratis tak hanya mengajarkan anak-anak dari perilaku yang salah menjadi benar tetapi juga menjadi contoh perilaku yang diinginkan orangtua kemudian menerapkan teknik menggambarkan.

Teknik menggambarkan juga bisa mengajarkan anak bertanggung jawab terhadap solusinya. Daripada berteriak pada anak, contohnya, orangtua dapat menggambarkan masalah pada anak. Kalimat “Ibu melihat ada handuk basah di kamar mandi” pesannya sama dengan teguran “sudah berapa kali Ibu bilang bahwwa kamu tidak boleh meninggalkan handuk basah di kamar mandi”.
Orantua juga dapat mengambarkan masalah yang membutuhkan pemecahan dengan mengunakan satu kata. Dengan mengatakan “handuk basah” anak akan mengerti bahwa yang dimaksud orangtuanya adalah ia harus mengambil dan menjemur handuk basah di tempatnya.

Pesan “saya”
Pesan “saya” atau “I messages” adalah salah satu cara berkomunikasi yang sangat berpengaruh terhadap lancarnya komunikasi orangtua dan anak. Teknik ini akan membuat anak merasa dihargai orangtua dan merasa terlibat dengan perasaan atau keinginan orangtua. Sayangnya, kebanyakan orangtua lebih suka mengunakan kata “kamu” daripada “saya”. Misalnya “kamu kok susah sekali dikasih tau, sudah berapa kali Ibu bilang, kulit pisang itu dibuang dimana?” Padahal kata “kamu” akan mengeluarkan reaksi defensif dari anak berupa aksi melawan. Reaksi ini lebih jelas terlihat pada remaja.

Karenanya, jauh lebih menguntungkan bila orangtua membiasakan diri mengunakan kata “saya” diawal kalimat, khususnya ketika meminta anak melakukan perbuatan yang dikehendaki orangtua. Salah satu contoh pesan “saya” adalah Ibu/Ayah marah kalau kulit pisang dibuang ditengah jalan karena kulit pisang itu akan membuat orang yang menginjaknya terpeleset dan jatuh.

Pesan “saya” menghubungkan perasaaan kepada konsekuensi, bukannya pribadai anak. Hal ini juga akan mengkomunikasikan nilai dan respek. Salah satu contoh dari pesan “saya” untuk anak yang lenih tua dapat berupa kekhawatiran sebagai berikut : “Ibu khawatir kalau abang pulang terlambat dan tidak memberitahu Ibu karena Ibu takut sesuatu terjadi pada diri abang”.

Pernyataan terbuka
Teknik komunikasi dengan pernyataan terbuka (open ended question) adalah cara lain dari alat yang dapat membuat anak terangsang untuk berbicara dengan orangtua. Pertanyaan terbuka membuat anak harus menjawab lebih dari satu kata. Sebaliknya pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata sebagai pertanyaan adalah pertanyaan tertutup. Contoh “berapa umur kamu” atau “kamu sekarang kelas berapa?” dengan satu kata saja kedua pertanyaan tersebut sudah terjawab.

Untuk melatih anak memperluas percakapan, gunakanlah pertanyaan terbuka seperti “apa saja yang kamu sukai hari ini di sekolah?” atau “apa yang terjadi dengan tes membaca alquran hari ini?” Memmang mungkin terjadi anak akan menjawab “tidak terjadi apa-apa”. Apabila hal itu terjadi ada dua pendekatan yang dapat dilakukan. Pertama, tinggalkan anak sendiri karena anak belum siap untuk membicarakan apa yang dialaminya hari itu. Atau kedua, nakan teknik lain seperti memperdalam pertanyaan pertanyaan dan refleksi. Beberapa anak memiliki kesukaran dalam mengekspresikan pikiran dan perasaaannya. Mengunakan teknik yang bervariasi secara bersamaan diketahui lebih efisien dan membantu memperlancar komunikasi.

Umumnya anak yang lebih tua memuliki kemampuan berkomunikasi yang lebih baik daripada anak yang lebih muda. Namun, orangtua dapat mengunakan teknik ini pada anak pra-sekolah dalam rangka membangun kemapuan berbahasa anak. Kenyataanya, kemapuan komunikasi dapat menurunkan agresifitas anak, seperti saling memukul yang merupakan salah satu tanda reaksi dari frustasi. Pertanyaan terbuka juga mengajarkan anak untuk belajar mendapatkan apa yang diinginkannya.
Melalui berbagai teknik tersebut, mudah-mudahan orangtua tidak cepat putus asa saat menemukan hambatan saat berkomunikasi dengan anak. Tentu saja, orangtualah yang dapat mengenali dengan baiak teknik yang tepat dan sesuai dengan situasi dan tahap perkembangan anak. Selamat mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar