Senin, 24 Agustus 2015

Yuk Budidaya Tanaman Gandum



Gandum sangat memungkinkan untuk tumbuh di tanah Nusantara, dan pemasarannyapun tidak sulit karena gandum merupakan bahan utama industri mei dan roti, selama ini pemerintah Indonesia masih mengandalkan kuota impor untuk memenuhi kebutuhan industri tersebut. karena tanaman ini belum populer kalangan petani sehingga masih sedikit petani yang berbudi daya gandum, walaupun pasar terbuka lebar.

Keuntungan Bertani Gandum
Budidaya gandum tidaklah sulit, ada beberapa
keunggulan bididaya gandum diantaranya satu, biaya yang dibutuhkan untuk proses pemupukan relatif lebih sedikit. Kemudian bertani gandum juga diketahui dapat memutuskan siklus hama tanaman kentang. Selanjutnya jika dilihat dari segi pemeliharaan, tanaman padi membutuhkan pemeliharaan yang lebih sensitif. Lalu, tanaman gandum juga lebih tahan terhadap hama burung karena pada gabahnya terdapat duri-duri. Dan yang terakhir yakni proses panen tanaman gandum lebih mudah.

Syarat Tumbuh Optimal Tanaman Gandum
IKLIM

  • Ketinggian diatas lahan yang sesuai 800 m dpl
  • Suhu Optimum 20 ­ 25° C
  • Curah hujan 600 ­ 825 mm/tahun
  • Kelembapan rata­rata 80 ­ 90%
  • Intensitas penyinaran 9 ­ 12 jam/hari
TANAH
  • Jenis tanah adalah Andosol, Regosol kelabu, Latosol dan Aluvial
  • pH tanah berkisar 6 ­ 7
  • Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah : a). hara yang diperlukan cukup tersedia, b). tidak ada zat toksit, c). kelembaban mendekati kapasitas lapang, d). suhu tanah rata­rata berkisar 15 ­ 28° C, e). aerasi tanah baik, f).tidak ada lapisan padat yang menghambat penetrasi akar gandum untuk menyusuri tanah.
Pengolahan Lahan
  • Lahan di taburi Bokashi sebanyak 10 ton/ha
  • keesokan harinya tanah dibalik (bisa menggunakan cangkul/mesin bajak) sedalam 25 ­ 30 cm setelah tanah dibalik, dibiarkan/diangin­anginkan selama 7 hari
  • Penggemburan tanah dilakukan agar bongkahan tanah menjadi butiran yang lebih halus (jika mengunakan mesin bajak tidak perlu penggemburan)
  • Sterilkan lahan dengan pestesida nabati
  • Kemudian tanah diangin­anginkan selama 7 hari agar terhindari dari unsur-­unsur beracun yang kemungkinan ada di dalam tanah
Pembuatan Bedengan
  • Setelah tanah diolah/digemburkan dibuat bedengan selebar 200 cm. Panjang bedengan menyesuaikan kondisi lahan
  • Diantara bedengan dibuat selokan selebar 50 cm dan sedalam 25 cm
  • Tanah dari galian selokan diambil dan ditaburkan diatas bedengan sehingga menambah tinggi bedengan
  • Permukaan bedengan dihaluskan dan diratakan sehingga rata benar
  • Pada setiap bedengan nantinya terdapat ± 8 barisan tanaman dengan jarak antar baris 25 cm.
PENANAMAN
Varietas yang ada dan pernah dikembangkan di Indonesia baru beberapa varietas di antaranya Nias, Timor, Selayar dan Dewata namun dari ke 4 varietas tersebut yang banyak di tanam oleh petani varietas Selayar dan Dewata.

KEBUTUHAN BENIH
Benih yang digunakan hendaknya benih bermutu, hal ini sangat penting disamping untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang. Kebutuhan benih per hektar 100 kg atau sama dengan 1 kg/100 m² dengan sistim larikan jika ditanam dengan sistem tugal kebutuhan benih bisa kurang dari 100 kg/ha.

WAKTU TANAM
Waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim kemarau dan di akhir musim penghujan, pada sebagian besar daerah di Pulau Jawa biasanya berada di antara bulan April ­ Mei dimana di perkirakan curah hujan tidak terlalu tinggi. Namun demikian, ada beberapa daerah yang waktu tanamnya tidak pada bulan-­bulan tersebut. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut mempunyai musim kemarau dan penghujan yang berbeda.

CARA BERTANAM
  • Buat alur/larikan pada bedengan dengan jarak antara 25 cm.
  • Benih yang akan ditanam, disterilkan dulu dari hama dan penyakit lalu rendam denganzpt, pgpr dan tricoderma
  • Benih dimasukan dalam alur sedalam 3,5 cm dengan cara seretan.

PENGAIRAN
  • Pada waktu setelah tanam yang diikuti pemupukan ke I lahan perlu diairi agar benih berkecambah dan dapat tumbuh dengan baik.
  • Pada waktu tanaman berumur 30 HST (hari setelah tanam) yaitu pada waktu setelah penyiangan dan pemupukan ke II, tanaman perlu diairi agar dapat menyerap pupuk dengan baik.
  • Waktu tanaman berumur 45 ­ 65 HST yakni pada waktu fase bunting sampai keluar malai, tanaman perlu diairi agar jumlah bunga dan biji yang dihasilkan banyak.
  • Pada fase pengisian biji sampai masak (± 70 ­ 90 HST) tanaman perlu diairi agar tidak menurunkan berat biji yang dihasilkan.
PEMUPUKAN
Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum tanam atau pada saat tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk pertama diberikan unsur P dan K serta sebagian unsur N. Dosis pupuk dapat ditentukan oleh jumlah hara yang tersedia didalam tanah. Biasanya pupuk organik bokashi 10 ton/ha, sedangkan kebutuhan pupuk  200 kg N/ha, P 150 kg/ha dan  70 kg K/ha. jika anda menggunakan POC tinggal konversikan kebutuhan kg dengan liter per hektarnya

Pemberian I : Sepertiga bagian bersama dengan pupuk P dan K dalam bentuk pupuk majemuk.
Pemberian II : Sepertiga bagian pada saat bertunas sekitar 25 ­ 30 hari setelah tanam.
Pemberian III : Sisanya pada saat pembentukan primordia bunga untuk mendorong pembentukan malai, butir gandum dan peningkatan protein.

PENYIANGAN
Penyiangan dilakukan 2 ­ 3 kali tergantung banyaknya populasi gulma.
Penyiangan I : tanaman berumur 1 bulan
Penyiangan II : dilakukan 3 minggu dari penyiangan pertama
Penyiangan III : tergantung banyaknya dan tingginya populasi
gulma.Sumber : blogs.unpad.ac.id/olivia/gandum/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar